Hape Dilarang Masuk!

Gerbang SMA Negeri 1 Lais, Bengkulu. (foto: Anwar Jimpe Rachman)

Larangan membawa telepon seluler bagi anak sekolah itu biasa. Daerah seperti Surabaya sudah melakukannya. Tapi praktik di sebuah sekolah di Bengkulu patut kita simak dan bisa menjadi contoh.

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lais, Bengkulu pada 2012 menerapkan larangan membawa hape. Lais merupakan kabupaten yang terletak 40-an kilometer, di Jalur Barat Sumatra. Menurut kabar yang berkembang, Pemerintah Kota Bengkulu akan mengadopsi dan menerapkannya.

Kepala SMAN 1 Lais, Drs Kardo Manurung, M. Pd mengatakan, pihaknya memberlakukan aturan ketat itu untuk menjaga agar proses belajar mengajar lima ratusan siswanya tidak terganggu. Banyak siswa kedapatan sedang daring (dalam jaringan, online) justru ketika guru sedang mengajar.

“Kami biasa cek dan memantaunya, terutama, lewat Facebook. Dari situ ‘kan kelihatan jelas kalau sedang ada siswa online waktu jam pelajaran,” kata Kardo.

Pihak sekolah menahan hape sampai si pemilik datang menebusnya dengan satu sak semen. Kardo mengungkapkan, siswa biasanya segera menebus denda itu keesokan harinya.

Kardo berdiri di atas lapangan bulu tangkis--yang dibangun dari semen-semen hasil denda.
(foto: Anwar Jimpe Rachman)
Kok semen, Pak? Menurut Kardo Manurung, begitulah cara SMAN 1 menghindari denda dalam bentuk uang. “Uang sangat riskan bagi kami. Kalau semen, jauh lebih aman dan praktis. Bisa langsung kita pakai untuk kepentingan bersama,” papar lelaki berdarah Batak ini.

Bila dihitung, kata Kardo, sudah ada lima ratusan sak semen hasil dari razia telepon genggam di sekolah yang ikut runtuh kala gempa menimpa wilayah Bengkulu 2007 silam. Dengan semen itu pula, SMAN 1 Lais bisa membangun fasilitas seperti lapangan bulutangkis, lapangan basket, dua kamar mandi, dan fasilitas di sudut lain sekolah itu yang rusak karena getaran tanah. Warga Lais dan sekitarnya merasakan getaran gempa rerata dua kali dalam sebulan.

Larangan ini tidak berarti siswa yang bersekolah di sana tidak dapat dihubungi oleh orangtua mereka. Kardo dan rekan-rekannya menyiapkan nomor khusus bila orangtua hendak mengontak anak mereka untuk keperluan-keperluan mendesak, seperti berita kedukaan.

Selain memelopori larangan bawa hape, SMAN 1 Lais juga akan menerapkan mata pelajaran muatan lokal kebencanaan pada semester 1 yang berlangsung tahun 2012 ini. Staf pengajar SMAN 1 Lais akan mengajarkan 2 × 45 menit setiap pekan muatan lokal kebencanaan tersebut.

“Larangan ini juga menghindarkan kita dari bencana. Bencana yang terjadi karena perkembangan teknologi,” pungkas Kardo, tersenyum.[] 

Komentar

  1. Sekolah-sekolah di Sulsel kayaknya harus mengadopsi program ini

    BalasHapus
  2. betul! banyak contoh dan praktik bagus seperti ini yang patut dicontoh :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer