Eduardo Galeano, Chavez, dan Obama

Burung-burung Terlarang

Tahanan politik berkebangsaan Uruguay itu dilarang bercakap tanpa izin, bersiul, tersenyum, bernyanyi, berjalan lekas, atau menyapa tahanan lain; juga tak boleh menerima gambar wanita hamil, orang berpacaran, kupu-kupu, bintang, bahkan gambar burung.

Pada sebuah Ahad, Didasko Perez, guru sekolah yang dianiaya dan dikerangkeng lantaran dianggap berideologi politik menyimpang, dikunjungi oleh anak perempuannya, Milay, yang berumur lima tahun. Ia membawakan ayahnya gambar burung. Tapi penjaga merobeknya di gerbang penjara.

Di Ahad berikutnya, Milay membawa lagi gambar, tapi kali ini gambar pohon. Tentu gambar pokok kayu tak dilarang masuk ke bilik tahanan. Didasko memuji gambar anaknya itu dan menanyakan bulatan berwarna yang tersebar di pucuk-pucuk pohon, juga bulatan kecil yang setengah sembunyi di antara dahan dan ranting.

“Buah jerukkah? Atau buah apa mereka itu?”
Sang anak merapatkan telunjuk ke bibirnya. “Sssssshhh.”

Lalu berbisik ke telinga ayahnya: “Ayah bodoh. Tidakkah Ayah lihat mereka adalah mata. Itu adalah mata burung-burung yang aku selundupkan untuk Ayah.”
(Century of the Wind, Eduardo Galeano)

Itulah salah sebuah cerita indah dalam
Century of the Wind, karya Eduardo Galeano. Penulis ini, yang karyanya saya kenal dari Mas Halim HD, menulis banyak buku (salah satunya Soccer in the Sun and Shadow yang saya fotokopi dari Mas Halim). Mas Halim heran kalau penulis ini justru tidak dikenal di Indonesia.
Eduardo Galeano kembali menyita perhatian. Salah sebuah bukunya, Open Veins of Latin America: Five Centuries of the Pillage of a Continent (Menguak Tabir-tabir Amerika Selatan: Lima Abad Perampasan Sebuah Benua) menjadi tandamata yang diserahkan Presiden Bolivia, Hugo Chavez kepada Barack Obama dalam aksi spontan Chavez yang mengulurkan jabat tangan ke Obama dalam KTT Negara-negara Amerika (CAS) di Trinidad-Tobago, pekan lalu.

Komentar

Postingan Populer